Catatan Rahasia Pelatih Asal Solo Sukses Membawa Kevin Cordon ke Semifinal Olimpiade Tokyo 2020

Catatan pelatih tunggal putra Guatemala, Muamar Qadafi. (Foto: BADMINTONPHOTO - Shi Tang)
Catatan pelatih tunggal putra Guatemala, Muamar Qadafi. (Foto: BADMINTONPHOTO - Shi Tang)
Internasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Selain Flandy Limpele yang berhasil mengantarkan ganda putra Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik meraih medali perunggu, masih ada nama pelatih asal Indonesia lainnya yang juga bersinar di panggung Olimpiade Tokyo 2020, kemarin. Dia adalah Muamar Qadafi, pelatih Indonesia asal Solo, Jawa Tengah yang sukses membawa tunggal putra Guatemala, Kevin Cordon melesat hingga ke babak semifinal.

Nama Qadafi di ajang Olimpiade Tokyo 2020 perlahan menanjak seiring keberhasilan Cordon lolos ke babak empat besar. Meski belum berhasil mendulang medali, pencapaian Cordon ke semifinal Olimpiade Tokyo 2020 merupakan momen istimewa. Sebab, saat ditangani Qadafi, ini menjadi pencapaian tertinggi bagi Cordon dalam empat edisi Olimpiade yang telah dia ikuti sedari 2008 lalu.

“Periode pertama (melatih di Guatemala) dari 2009 hingga 2010. Lalu periode kedua mulai 2017 hingga sekarang,” kata Muamar Qadafi seperti dilansir dari Bolalob.com dari situs resmi Badminton Asia.

Dalam perjalanan kepelatihannya, karier Qadafi bermula saat kedua rekannya di PB Djarum Kudus, Roy Purnomo dan Agustinus Sartono, menjadi sparring partner di Peru. “Saat itu, pelatih Peru asal Tiongkok itu ingin mengundurkan diri. Sang pelatih memberi tahu kedua temannya bahwa dia membutuhkan seseorang untuk melanjutkan tugasnya,” cerita dia.

Akhirnya pada 2005, Qadafi memutuskan keluar dari PB Djarum dan terbang ke Peru. Pada awalnya, tidak ada yang mengetahui sepak terjadi Qadafi, bahkan namanya saja tidak banyak diketahui orang. “Setelah saya membawa Peru ke Kejuaraan PanAm Junior 2006, kompetisi seperti Kejuaraan Junior Asia, orang-orang perlahan mulai mengenali saya,” tuturnya.

Saat Qadafi mulai banyak dikenali, dia pun akhirnya meminang tawaran untuk melatih di Guatemala. Namun ketika itu dia hanya satu musim di sana. Hingga akhirnya tawaran kedua kembali datang pada 2017 lalu. Dengan pengalaman yang lebih matang, Qadafi membuat Guatemala menjadi salah satu kekuatan bulutangkis di Amerika Latin saat ini.

Selain Qadafi dan Flandy, sebenarnya masih ada beberapa nama pelatih asal Indonesia lainnya yang saat ini tengah berkontribusi untuk negara lain. Menurut Badminton Asia, setidaknya ada 12 pelatih Indonesia di sembilan negara berbeda di dunia. Di Asia ada Hendrawan, Flandy Limpele, Paulus Firman, dan Indra Wijaya yang bertugas di Malaysia. Lalu ada Mulyo Handoyo di Singapura, Rexy Mainaky di Thailand dan Namrih Suroto di India.

Sementara di benua Eropa, ada Imam Teguh yang melatih di Finlandia, Davis Efraim di Irlandia, Didi Purwanto di Hongaria dan Indra Bagus di Belgia. Terakhir, di benua Pan-Amerika ada Muamar Qadafi di Guatemala.