Perubahan yang Membuahkan Hasil

Kunlavut Vitidsarn (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Kunlavut Vitidsarn (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Internasional ‐ Created by EL

Jakarta | Sejak meraih gelar juara dunia dua tahun yang lalu, Kunlavut Vitidsarn selalu berupaya untuk mengubah karakter permainannya agar tidak monoton dan mudah ditebak lawan. Namun, apakah perubahan tersebut memberikan hasil yang lebih baik bagi Kunlavut?

"Saya ingin mencoba segalanya. Saya harus mengubah gaya saya. Tidak masalah jika tidak berhasil, tetapi jika berhasil akan saya lakukan lagi," kata atlet Thailand tersebut, dikutip dari laman Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Kamis (26/6).

Perubahan tersebut berhasil. Setelah mencatatkan perolehan medali perak Olimpiade Paris 2024, pebulu tangkis berusia 24 tahun ini meraih empat gelar juara pada musim kompetisi 2025, yaitu Indonesia Masters, Thailand Open, Badminton Asia Championships, dan Singapore Badminton Open. "Ini musim yang luar biasa bagi saya," tanggapnya.

"Sekarang, semua pemain tahu karakter permainan saya, dan saya harus mengubahnya sedikit. Tahun ini, dengan perubahan tersebut berhasil di hampir setiap pertandingan. Saya hanya perlu untuk terus menjadi lebih baik," Kunlavut, menambahkan.

Namun, yang membedakan Kunlavut dengan pemain-pemain lainnya adalah, ia selalu menempatkan diri sebagai seorang murid yang haus akan pelajaran baru. Semisal ketika pemain jebolan Banthongyord Badminton School itu kalah dari Chou Tien Chen asal Taiwan di semifinal Indonesia Open 2025. "Ia pemain top dan saya harus belajar. Ia memiliki banyak pengalaman. Jika saya kalah, tidak apa-apa, saya tidak cukup bagus," tuturnya.

"Ia mengejutkan saya. Sebelumnya ia sering memainkan reli panjang terlebih dahulu, tetapi kali ini ia mengubah permainannya dan memberikan tekanan yang membuat saya kesulitan," ujar Kunlavut.

Pendekatan yang dilakukan Kunlavut dalam memandang pertandingan sebagai cara untuk belajar dan berkembang, ketimbang sebagai ajang pembuktian status sebagai pemain teratas, telah membantunya menjadi lawan yang disegani sekaligus dikagumi lawan.