Semangat Tak Tergoyahkan Chen Qing Chen

Chen Qing Chen (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Chen Qing Chen (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Internasional ‐ Created by EL

Jakarta | Pemain ganda putri China, Chen Qing Chen, mengumumkan bahwa perjalanan kariernya bersama tim nasional resmi berakhir. Atlet berusia 28 tahun itu menegaskan, setiap pemain pada akhirnya akan tiba di titik tersebut, hanya soal waktu. Chen mengaku bersyukur atas kesempatan besar yang didapatkannya selama membela China di berbagai ajang internasional, termasuk tampil pada dua edisi Olimpiade.

"Saya merasa sangat bangga," katanya, dikutip dari laman Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) pada Senin (1/12).

Nama Chen kali pertama mencuri perhatian publik internasional pada usia 15 tahun, ketika ia meraih medali perunggu ganda campuran di World Junior Championships (WJC) 2012. Prestasi tersebut menjadi awal dari koleksi tujuh medali individu, termasuk lima keping emas, yang ia koleksi dari empat edisi WJC. Dalam banyak hal, dominasinya di level junior merupakan awal positif dalam melanjutkan kiprah gemilangnya di level senior, yang kemudian dijalaninya bersama rekan-rekan setim, seperti Jia Yi Fan di nomor ganda putri dan Zheng Si Wei di sektor ganda campuran.

"Chen dikenal sebagai sosok yang lincah, kuat, dan selalu berbahaya, apa pun situasi yang dihadapinya. Karakter kompetitifnya begitu menonjol, dan bersama kedua pasangannya tersebut, ia berubah menjadi lawan yang tangguh. Transisinya menuju level senior elite pun berlangsung mulus. Setelah Zhao Yunlei pensiun usai Olimpiade Rio 2016, Chen bahkan sempat disebut-sebut sebagai penerusnya, meskipun keduanya memiliki gaya permainan yang berbeda," tulis BWF.

Gelar-gelar utama pun berdatangan silih berganti, seperti medali emas Asian Games (2019 dan 2022), Badminton Asia Championships (2019 dan 2022), dan sebanyak 19 gelar Tur Dunia, yang menambah 12 gelar Superseries yang telah diraihnya sebelumnya.

Chen/Jia masuk daftar favorit peraih keping emas pada Olimpiade Tokyo 2020, tetapi gagal di final setelah dikalahkan ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Alih-alih terpuruk, kekalahan itu malah menjadi "bahan bakar" yang membuat keduanya kian terpacu. Bukti awal terlihat pada final Uber Cup pada akhir tahun yang sama saat berhadapan dengan Yuki Fukushima/Mayu Matsumoto (Jepang). Chen menampilkan salah satu bentuk tekad terkuatnya saat menghadapi tekanan. Kemenangan 29-27, 15-21, 21-18 dalam laga hampir dua jam itu menunjukkan versi Chen yang lebih tangguh dan kompetitif, karakter yang kemudian mewarnai perjalanan kariernya pada tahun-tahun berikutnya.

Pada fase ini, Chen/Jia menambah tiga medali emas BWF World Championships ke dalam koleksi mereka, menegaskan dominasi atas para pesaing. Namun, sasaran utama keduanya tetap Olimpiade. Momentum itu akhirnya tiba pada Paris 2024, ketika mereka tampil tak terbendung dan berhasil merebut medali emas pesta olahraga terbesar dunia tersebut.

Chen dikenal berkat karakter kuat dan hasrat besar untuk menang, yang kerap diwujudkannya melalui kebangkitan yang menggugahnya, begitu pun partnernya di lapangan. Dengan kepribadiannya yang ceria, Chen tak pernah menutupi emosinya di lapangan, yang menjadikannya sosok yang berbeda dari banyak atlet seangkatannya.