"Aku single pertama dari Asian Games 2018, pertama kali aku turun sebagai tunggal pertama beregu. Seharusnya aku sudah bisa mengatasi, dalam hal mengatasi diri sendiri," tutur Jorji kepada wartawan, pada pertengahn pekan lalu di pelatnas PP PBSI, Cipayung, Jakarta.
"Soalnya aku pembuka, pertama, dan itu cukup berpengaruh dalam bermain beregu. Jadi kalau aku bisa membawa semangat ke tim aku, semoga semangat positif itu selanjutnya akan kebawa ke tim," tambah pemain asal Wonogiri, Jawa Tengah, ini.
Jorji sudah beberapa kali masuk ke dalam skuad tim Uber Indonesia. Ia pernah menjadi tunggal keempat di bawah Maria Febe Kusumastuti, Linda Wenifanetri, dan Fitriani, pada 2016. Lalu menjadi tunggal kedua di bawah Fitriani pada 2018, kemudian pada 2020 dipercaya menjadi tunggal pertama.
Lebih lanjut Jorji menuturkan, dulu, kala turun sebagai pemain pelapis, ia harus berjuang dari bawah, meski lawan bukan berasal dari negara-negara kuat bulu tangkis seperti China, Jepang, atau Korea Selatan. Namun, kini, siapa pun lawannya, Jorji wajib menang. "Tapi kalau sekarang, aku ditargetkan untuk sumbang poin," ungkapnya.
Kini, Jorji adalah pemain paling senior di skuad tunggal pada tim Uber Indonesia. Ia punya tugas untuk menggembleng tak hanya Ester Nurumi Tri Wardoyo, Komang Ayu Cahya Dewi, dan Ruzana, melainkan juga para juniornya di skuad ganda. "Dulu pertama main Uber Cup merasa paling kecil, dan ada masa-masa, selain bermain, aku bantu bantuin di luar lapangan. Dan sekarang aku itu paling tua dibanding tiga (pemain) yang lain," katanya.
"Lucu aja kalau diinget-inget, sih. Ini sudah Uber Cup aku yang keempat, dan semua Uber Cup itu berkesan. Tapi aku berharap dengan adanya yang baru, semoga bisa mengambil pengalaman di sana," demikian Jorji.