"Tuhan Memberi Mimpi Spesifik dalam Hidup Saya"

Eng Hian & Greysia Polii (Foto: BADMINTONPHOTO/Yves Lacroix)
Eng Hian & Greysia Polii (Foto: BADMINTONPHOTO/Yves Lacroix)
Internasional ‐ Created by EL

Jakarta | Greysia Polii berpendapat, momen pahit yang dialami jelang perhelatan Olimpiade London 2012, sebagai motivasi untuk meraih prestasi lebih baik lagi di kejuaran-kejuaraan internasional lainnya. Dalam debut London 2012, Greysia, yang berpasangan dengan Meiliana Jauhari, didiskualifikasi meski telah lolos ke perempat final.

"Saya merefleksi diri, bukan hanya sejak London 2012, tetapi sejak usia 13 tahun. Waktu itu, saya melihat senior saya begitu luar biasa. Mereka menjuarai Olimpiade dan juara dunia. Saya punya mimpi untuk menjadi seperti mereka," ungkap Greysia kepada Kompas, yang diberitakan pada Selasa (3/8).

"Tuhan memberi mimpi spesifik dalam hidup saya, saya mau  mendapat medali emas Olimpiade di ganda putri," Greysia, menambahkan.

Di Negeri Matahari Terbit, mimpi atlet bulu tangkis berumur 33 tahun itu terwujud. Greysia dan Apriyani Rahayu menggapai podium tertinggi Olimpiade Tokyo 2020. Ganda putri andalan Indonesia ini menghentikan perlawanan unggulan kedua asal Tiongkok, Chen Qingchen/Jia Yifan, 21-19 21-15, di Musashino Forest Plaza, Tokyo, Senin (2/8) siang WIB.

Namun jauh sebelum di Tokyo 2020, jalan panjang harus dilalui Greysia hingga akhirnya bertemu dengan Apriyani, partnernya yang terpaut usia sekitar 10 tahun lebih muda.

Bermula usai London 2012, ketika Greysia kembali dipasangkan dengan Nitya Krishinda Maheswari dan sukses meraih medali emas pada Asian Games Incheon 2014. Nahas, pada Rio 2016, Greysia/Nitya kandas pada perempat final. Greysia menanggap, kemungkinan Rio 2016 menjadi Olimpiade terakhirnya. Sementara Nitya mengalami cedera lutut hingga harus menjalani operasi.

Pelatih ganda putri Eng Hian meminta Greysia untuk bertahan. Tujuannya untuk mematangkan sejumlah pemain yunior yang ada di pelatnas, dengan memasangkan para pemain muda tersebut dengan Greysia. "Greysia pun dipasangkan dengan Rosyita Eka Putri Sari, lalu Rizki Ameia Pradipta pada awal 2017, hingga Apriyani Rahayu yang baru setahun lepas dari yunior," tulis Kompas melalui artikel "Liku Jalan Menuju Emas Olimpiade".

Greysia/Apriyani kali pertama diturunkan dalam kejuaran beregu campuran Piala Sudirman di Selandia Baru pada Mei 2017. Sementara debut mereka dalam turnamen individu di Thailand Terbuka, dan berhasil meraih gelar juara.

Sejak keberhasilan di Thailand, Greysia/Apriyani terus mengejar prestasi demi prestasi dan meraih berbagai gelar juara di Prancis Terbuka 2017, India Terbuka 2018 dan 2019, Thailand Terbuka 2018 dan 2021, Indonesia Masters 2020, serta Spanyol Masters 2020.

Keduanya juga mengoleksi keping perunggu pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018.

Perjalanan Greysia maupun Apriyani menuju emas Olimpiade memang berliku-liku. Belum lagi rasa duka mendalam yang terjadi jelang malam Natal pada tahun lalu, ketika Greysia harus kehilangan kakaknya, Rickettsia Polii. Kepergiannya itu hanya selang sehari pasca-pernikahan Greysia dengan Felix Djimin.

Di masa duka serta impitan pandemi virus korona yang melanda dunia, Greysia akhirnya mewujudkan mimpi meraih medali emas bersama "adiknya" Apriyani pada tahun ini. "God moves in a mysterious way," ungkapan kuno karya William Cowper ini seolah merefleksikan perjalanan Greysia/Apriyani.