Kisah Hera Desi Hingga Akhirnya Menjadi Ratu Sirnas

Hera Desi Juara Tunggal Putri Sirnas Surabaya 2016
Hera Desi Juara Tunggal Putri Sirnas Surabaya 2016
Nasional ‐ Created by AH

Berawal dari hobi orang tua terhadap permainan olahraga bulutangkis, Hera Desi Ana Rachmawati mulai “diracuni” orang tuanya tersebut saat ia duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar, dengan alasan utama yaitu mengisi waktu luang, agar Hera mempunyai kegiatan yang positif, mengingat Hera kala itu dinilai orang tuanya sedikit susah diatur.

Dulu iseng-iseng saja main bulutangkis di ajari orang tua, karena saya susah di atur waktu SD, jadi orang tua mengarahkan saya agar mempunyai kegiatan positif,” kata Hera.

Berawal dari keisengan itulah, bakat Hera mulai terlihat. Baru satu tahun mengenal bulutangkis, namun Hera sudah mampu menjuarai Porseni tingkat SD se – Purworejo.

Mulai dari situlah, perjalanan panjang Hera dimulai. Hera pertama kali masuk klub Abimanyu Purworejo pada tahun 1997. Selang dua tahun, Hera memutuskan pindah ke klub Jaya Agung tepat pada tahun 1999.

Karena merasa kurang sparing di klub keduanya tersebut, Hera memutuskan untuk berhijrah ke Pusdiklat PSM Solo pada tahun 2011. Hal itupun sekaligus menjadi pengalaman pertamanya Hera tinggal jauh dengan orang tua karena harus tinggal di asrama. Posisi Hera saat itu baru menginjak bangku kelas enam SD.

Tak sampai disitu, pada tahun 2003, Hera pun kembali berhijrah ke Purwokerto, dan berlatih di klub Gelora Purwokerto. Akan tetapi bukan lah Hera jika hanya bisa berdiam diri dengan jangka waktu yang cukup lama jika dirinya belum merasa berkembang.

Pada tahun 2004, Hera kembali memutuskan pindah dari klub Gelora Purwokerto ke Mutiara Banjar, yang tak lain cabang dari klub Mutiara Cardinal Bandung kala itu. Barulah pada tahun 2006, Hera resmi menjadi anggota salah satu klub terbesar di Indonesia, yaitu Mutiara Cardinal Bandung.

Selama di Mutiara, prestasi Nasional Hera cukup mempuni. Tiga tahun berselang tepatnya pada tahun 2009, Hera pun di lirik oleh Pelatnas PBSI Cipayung untuk bergabung menjadi skuat tunggal putri.

Tak ingin memanfaatkan kesempatan, Hera pun langsung menerima pinangan tersebut. Kurang lebih satu tahun menjadi skuat Pelatnas, pada tahun 2010 Hera mampu menjuarai turnamen New Heaven International. Dan menjadi juara Indonesia International Challenge 2012.

Setelah itu, prestasi Hera belum terdengar lagi. Akan tetapi Hera pun beberapa kali finis di urutan kedua pada beberapa turnamen seperti Grand Prix.

Pada tahun 2013 adalah awal yang pahit bagi Hera selama karirnya di dunia bulutangkis. Pada saat latihan, Hera mengalami cedera lutut. Setelah di lakukan MRI (Magnetic Resonance Imaging) Hera di vonis jika Meniscus di bagian lutut kaki kirinya robek.

Saat itulah masa-masa sulit yang harus dihadapi Hera. Padahal Hera sempat masuk rangking 34 dunia pada tahun 2013. Namum Hera dipaksa harus rehat selama enam bulan terlebih dahulu dengan harapan bisa kembali pulih. Akan tetapi kondisi Hera dinilai tidak kunjung pulih, dan pada tahun 2014 justru Hera harus menerima keputusan bahwa dirinya terdegradasi dari Pelatnas.

Namun bagi Hera keluar dari Pelatnas bukanlah akhir dari segalanya. Selang beberapa bulan pasca terdegradasi, Hera memutuskan menerima tawaran bermain liga di Swedia selama beberapa bulan.

Dan pada saat kembali lagi ke tanah air pertengahan tahun 2015, Hera langsung turun meramaikan persaingan tunggal dewasa putri Djarum Sirnas dengan membela klubnya Mutiara Cardinal Bandung. Di dua seri yang berlangsung di Jakarta dan Bandung kala itu, Hera langsung mampu mendapatkan gelar juara.

Sejak itulah namanya kembali mulai diperhitungkan di persaingan tunggal putri tanah air. Mulai tahun 2016, Hera memutuskan untuk tampil di setiap seri Djarum Sirnas, yang pada tahun itu berlangsung di delapan kota di penjuru tanah air.

Tercatat dari delapan seri yang bergulir, Hera mampu meraih gelar juara di tujuh seri. Yaitu di Banjarmasin, Makassar, Jakarta, Lampung, Cirebon, Medan, dan Surabaya. Sedangkan di seri ketujuh di Semarang, Hera kalah di babak semifinal.

Kini, si "Ratu Sirnas" itu mengisyaratkan akan segera pensiun dan akan beralih menjadi seorang pelatih yang mempunyai cita-cita melahirkan pebulutangkis tunggal putri handal yang akan menjadi andalan Merah Putih di masa depan.