Menjaga Karakter Mentalitas Juara

Alwi Farhan & Moh. Zaki Ubaidillah (Humas PP PBSI)
Alwi Farhan & Moh. Zaki Ubaidillah (Humas PP PBSI)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Keberhasilan Yohanes Saut Marcellyno dan Moh. Zaki Ubaidillah (Ubed) pada Indonesia International Challenge 2024 dan Indonesia Masters 2024 Super 100 menjadi angin segar untuk masa depan bulu tangkis Indonesia di nomor tunggal putra. Perebutan titel juara yang mempertemukan sejumlah pemain tunggal putra tuan rumah, menciptakan atmosfer persaingan sehat dalam menempa mental dan karakter pemain.

"Ini adalah persaingan sehat. Di pelatnas itu nggak boleh berleha-leha, nggak boleh tenang-tenang. Karena yang di bawah ini akan menyusul. Jadi pertandingan-pertandingan seperti ini wajib diadakan. Siapa pun yang di atas pasti lebih nervous. Tapi dia juga harus mengatasi itu, namanya juga mau jadi juara dunia," jelas pengamat bulu tangkis nasional Yuni Kartika dalam siniar PB INA melalui situs berbagi video YouTube, Senin (2/9).

Ubed membuat kejutan dengan meraih gelar juara Indonesia Masters 2024 Super 100, Minggu (1/9), di GOR Remaja Pekanbaru, Riau. Pemain kelahiran 26 Juni 2007 itu naik podium teratas setelah mengalahkan seniornya Alwi Farhan melalui dua gim 21-16, 21-14.

Perjuangan pemain klub PB Djarum itu sejatinya tidak mudah. Ia mengawali turnamen dari babak kualifikasi dengan meraih kemenangan atas Chua Kim Sheng asal Malaysia, kemudian Raghu Mariswamy (India) di babak 64 besar, lalu Ade Resky Dwicahyo (Azerbaijan) di babak 32 besar. Tren positif ini berlanjut setelah pemain asal Sampang, Madura, itu, menang atas Saneeth Dayanand (India) di babak 16 besar, lalu berlanjut seusai mengalahkan seniornya, Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay, di babak delapan besar.

Hasil tersebut membuat Ubed percaya diri saat berhadapan dengan Saut di semifinal. Ia mampu mengalahkan juara Indonesia Internaional Challenge 2024 di Pekan baru tersebut lewat dua gim 21-17, 22-20.

"Kalau bicara hasil, sangat menggembirakan. Tetapi kita melihat Ubed ini sudah kelihatan (kualitas permainannya), kan, di klub PB Djarum. Jadi secara kualitas dia di atas rata-rata. sering banget dia (saat kategori remaja) main satu tingkat di atas levelnya. Di level taruna pun, ketika levelnya dinaikkan, ada beberapa kali dia juara," ungkap Yuni.

Namun, meski menguasai panggung bulu tangkis junior di Tanah Air, tantangan berbeda dihadapi Ubed saat bertemu para pebulu tangkis mancanegara. Muncul pula beban saat ia berhadapan dengan para seniornya yang menghuni pelatnas Cipayung. "Untuk level internasional, kan, beda buat pemain junior. (Bermain) Nothing to lose, iya. Tapi dia menanggung satu beban yang juga nggak gampang main di (level) senior dan bertemu 'kakak-kakaknya'," paparnya.

"Dia menang straight games dengan Saut, kemudian dengan Alwi, ini menggambarkan suatu kualitas yang sangat baik. Kalau kita di klub itu memikirkan bagaimana menaikkan kualitas (pemain) sebaik mungkin saat mereka junior," Yuni, menambahkan.

Mantan pebulu tangkis tunggal putri Indonesia ini juga menyoroti pentingnya bagi para pemain muda ini dalam meredam rasa jemawa dan cepat berpuas diri. Umumnya, dua hal tersebut menjadi penghalang bagi atlet dalam meningkatkan kualitas diri dan performa. "Ini anak masih muda, tapi prestasinya sudah cepat. Ini karakter yang mesti dijaga. Nggak boleh sombong, atau karakter-karakter yang bisa mengganggu dia. bukan teknisnya," tegasnya.

"Saat ini Ubed dalam posisi mengejar. Pertanyaan juga akan datang ke dia kalau dia ada di atas, ada yang lebih muda nanti datang. Ini adalah proses pematangan yang nggak boleh salah langkah, nggak boleh salah handle. Karena, rising star seperti ini harus dijaga dalam segala hal. Bukan hanya di latihan, tapi justru faktor-faktor persiapan. Mungkin mental umur belum terlalu siap, menghadapi ketenaran, dan itu harus dijaga bareng," demikian Yuni.