NOC Pantau Kesiapan Tim Bulutangkis Indonesia Jelang Olimpiade

Tim bulutangkis Indonesia untuk Olimpiade Tokyo 2020 bersama NOC Indonesia. (Foto: PP PBSI)
Tim bulutangkis Indonesia untuk Olimpiade Tokyo 2020 bersama NOC Indonesia. (Foto: PP PBSI)
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Kemarin (27/4), Pelatnas PBSI mendapat kunjungan resmi dari rombongan National Olympic Committee (NOC) Indonesia yang dipimpin Ketua Raja Sapta Oktohari. Bukan cuma itu, dalam kunjungan tersebut juga turut dihadiri Chef de Mission (CdM) atau ketua kontingen Indonesia untuk Olimpiade Tokyo 2020, Rosan Roeslani. Pada kesempatan ini, NOC bertujuan melihat kesiapan tim bulutangkis Indonesia jelang Olimpiade Tokyo 2020 yang rencananya dimainkan pada 23 Juli hingga 8 Agustus 2021 mendatang.

Begitu tiba di Pelatnas PBSI, Oktohari langsung memantau latihan sesi sore para atlet, terutama bagi mereka yang difokusnya untuk Olimpiade. Yakni, Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja dan Gregoria Mariska Tunjung.

“Saya bersama Chef de Mission datang ke sini untuk meninjau langsung persiapan para atlet menuju Olympiade Tokyo 2020 nanti. Tentunya dari sini kami banyak mendapatkan informasi tentang kesiapan dan juga proses keberangkatan yang rencananya tanggal tujuh Juli setelah ada beberapa turnamen terlebih dahulu,” kata Raja Sapta Oktohari dalam siaran pers PP PBSI yang diterima Djarumbadminton.com.

“Jadi sekali lagi, bahwa yang terpenting itu adalah atlet untuk terus berlatih dan juga menjaga kesehatan terutama dari Covid-19,” lanjutnya menambahkan.

Di hadapan para atlet dan pelatih, Oktohari juga mengungkapkan bahwa sangat berat menjalani Olimpiade tahun ini. Meski begitu, kontingen Indonesia harus tetap optimistis untuk meraih prestasi sebaik-baiknya. “Kita masih punya banyak kenangan dengan badminton di Olimpiade Rio 2016. Tadi saya bicara dengan coach Richard (Mainaky), waktu di Brazil ada virus Zika, kita bisa dapat satu emas. Sekarang ada virus Covid-19, mudah-mudahan Insya Allah bisa dapat dua emas,” tuturnya.

“Tapi saya sampaikan ini bukan Olimpiade yang mudah, banyak sekali keterbatasan yang biasanya tidak kita hadapi. Tapi kami masih terus berjuang supaya bisa memaksimalkan setiap pertandingan yang nanti kami hadapi. Ini tantangan lain yang harus kami jawab,” tegasnya.

“Kita semua sadar bahwa Covid itu adalah tantangan yang nyata. Jadi latihannya memang harus ditingkatkan tapi protokol kesehatan yang paling utama. Percuma jago, sehat pas mau berangkat positif. Hilang semua kesempatannya. Jangan lengah. Saya berharap dan mendoakan para atlet ini punya performa yang maksimal, sehat, kuat dan nanti pada saatnya akan jadi juara untuk Indonesia,” pungkas Oktohari.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Rosan Roeslani mengatakan bahwa koordinasi antar elemen akan terus ditingkatkan untuk mencapai hasil maksimal di Olimpiade Tokyo 2020 nanti. “Tentunya harapan kita semua bisa mencapai hasil yang optimal, tetapi untuk mencapai hasil yang optimal itu tentu harus melalui proses yang benar-benar dijalankan secara baik dan benar,” ujar Ruslan.

“Saya bersama Ketua NOC melihat bahwa kesiapannya dan arah menuju itu sudah baik. Yang harus dipastikan adalah tetap protokol kesehatannya terjaga karena jangan sampai nanti ketika semuanya sudah siap, baik secara fisik maupun mental tetapi tiba-tiba ada yang terkena Covid. Insya Allah kami akan terus memantau sehingga semua ini bisa terkoordinasi dan para atlet bisa berprestasi secara maksimal,” kata dia lagi.