Rionny: Harus Rajin dan Disiplin

Kesuksesan salah satu tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung menjadi juara dunia junior 2017.
Kesuksesan salah satu tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung menjadi juara dunia junior 2017.
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Dengan kembalinya seorang Rionny Mainaky ke tanah air, diharapkan mampu mengembalikan supremasi kejayaan sektor tunggal putri Indonesia di kancah dunia. Namun, sebelum mencapai itu semua, Rionny dan skuad tunggal putri Indonesia harus menyatukan komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) terlebih Dahulu.

Pemilik nama lengkap Rionny Frederik Lambertus Mainaky ini menilai ada PR besar yang harus diselesaikan Gregoria Mariska Tunjung cs, yakni faktor rajin dan disiplin. Yang pertama harus rajin dan disiplin dulu. Raih cita-cita dan kesempatan ini. Latihan dan istirahat harus teratur. Karena Olimpiade sudah di ambang pintu, di depan mata. Saat di Jepang, anak didik saya sangat rajin dan penurut. Mereka telah membuktikan bahwa satu kata, yaitu rajin bisa memberikan hasil yang baik. Ini yang paling penting,” kata Rionny.

Lebih lanjut pelatih Ternate, 11 Agustus 1966 ini mengatakan bila skill dan kualitas Gregoria cs tidak kalah baiknya dengan tunggal putri dunia lainnya. Mereka (tunggal putri Indonesia-red) rajin lah, tinggal dibiasakan sabarnya saja, konsentrasinya harus bisa lebih lama dan nggak mau nyerah walau sesulit apapun dalam lapangan,” ujarnya.

“Karakter, disiplin adalah budaya orang Jepang. Sebisa mungkin kita harus lebih rajin dari pemain Jepang. Selanjutnya adalah stamina. Kalau skill saya yakin tunggal putri Indonesia sudah baik, tinggal taktik bertanding dan daya juang yang pantang menyerah saja lebih ditingkatkan,” sambungnya.

Salah satu contoh keberhasilan Rionny saat menukangi tunggal putri Jepang adalah ketika Nozomi Okuhara sukses menyabet medali perunggu Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan Juara Dunia 2017. Rionny berharap campur tangannya atas keberhasilan Nozomi bisa menular ke tunggal putri Indonesia.

“Nozomi adalah tipikal yang rajin, disiplin dan telaten. Semua menu latihan dilakukan dengan serius, nggak manja, nggak sombong. Mereka punya karakter atlet yang bisa dibilang hampir sempurna. Semoga tunggal putri Indonesia bisa seperti itu, bahkan harus lebih,” tuturnya.

Sementara itu, setelah hampir 11 tahun merantau di Jepang, Rionny kembali dengan sejumlah tantangan yang harus dihadapinya hingga beberapa tahun kedepan, yakni mengarsiteki tunggal putri Indonesia. Saya memang suka tantangan, sebernanya tidak susah kalau kita rajin dan benar-benar menerapkan manajemen dengan tekun dan baik. Apalagi kita punya pemain yang berbakat alam dan ini akan saya usahakan semaksimal mungkin, yang penting berdoa dan bekerja keras, pasti berkat akan tercurah,”katanya.

Singkat cerita, Rionny pun membeberkan kisahnya untuk kembali ke tanah air. “Awalnya saya sering ngobrol-ngobrol tentang tunggal putri dengan Minarti Timur dan Susy Susanti karena kami memang teman seperjuangan dulu waktu di pelatnas. Waktu itu saya ditanya apakah mau bantu membenahi tunggal putri? Jadi kalau ketemu kami selalu memperhatikan dan diskusi tentang tunggal putri,” bebernya.

“Lama-lama saya ada keinginan untuk membantu dan membenahi tunggal putri untuk lebih baik mampu bersaing dan berprestasi di turnamen-turnamen penting. Jadi saya bilang, kalau dipercaya saya siap, tapi semua tetap kebijaksanaan, penilaian dan keputusan Ibu Susy. Mungkin ada faktor jodoh juga, ternyata saya yang dipilih,” pungkasnya.