Sepenggal Cerita Jafar/Felisha dari Ningbo

Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu (Humas PP PBSI)
Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu (Humas PP PBSI)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Sehari setelah laga semifinal Badminton Asia Championships (BAC) 2025, Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu kembali ke Ningbo Olympic Sports Center Gymnasium, Ningbo, China, guna mengikuti acara seremonial penyerahan medali. Pasangan debutan itu berdiri di atas podium nomor tiga bersama wakil tuan rumah, Jiang Zhen Bang/Wei Ya Xin. Rasa penasaran mengemuka di benak Jafar saat menatap keping perunggu yang ada di genggamannya.

"Sampai di atas podium lihat medali rasanya, 'aduh kayaknya bisa lebih'. Tapi, ya, sudah bersyukur saja," tutur Jafar kepada wartawan saat ditemui di pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta, Rabu (16/4) pagi.

Jafar/Felisha meraih medali perunggu BAC 2025 pada debutnya di kejuaraan bulu tangkis kontinental individu Asia tersebut. Mereka kalah rubber game 21-15, 21-23, 11-21 di semifinal dari pasangan Jepang, Hiroki Midorikawa/Natsu Saito, Sabtu (12/4). Peluang besar mereka untuk merebut tiket final melayang setelah gagal memanfaatkan satu match point. Hiroki Midorikawa/Natsu Saito lantas memenangkan dua gim berikutnya.

"Saya kecewa banget di poin-poin itu, beberapa kali mati. Kayaknya nyesel banget, padahal sudah bisa satu lagi. Saya kecewa dengan diri saya sendiri. Tapi saya bersyukur karena sampai semifinal juga nggak mudah, kan. Dan juga ngalahin pemain yang bagus-bagus dan juga tidak cedera," papar Jafar.

Felisha pun tak luput dari rasa sesal. Namun, pebulu tangkis berusia 19 tahun itu tetap mengucap rasa syukur atas pencapaian babak empat besar BAC 2025, yang menurutnya dilalui dengan perjuangan berat untuk mengalahkan sejumlah pasangan tangguh. "Kesempatannya ada, cuma memang hasilnya kita kalah. Kita mau nyesel sampai gimana juga nggak akan menang lagi. Sudah cukup, balik lagi untuk menjadi lebih tinggi lagi," tegasnya.

Lebih lanjut Felisha mengungkapkan, setibanya di hotel seusai laga melawan pasangan negeri sakura tersebut, Jafar mengirimkan pesan melalui telepon seluler via aplikasi percakapan. Intinya, pasangannya itu menyampaikan permintaan maaf. "Waktu kita sampai hotel, nggak lama dia chat saya, kan, minta maaf. Saya bilang nggak apa-apa. Karena, kan, dia mati di poin itu karena poinnya krusial aja. Padahal sebelumnya juga saya mati, dia juga mati, jadi bukan karena satu poin itu doang kita jadi kalah. Tapi banyak poin yang bikin jadi kita kalah. Tapi, ya udah saya bilang ke dia nggak apa-apa," ungkapnya.

"Memang mungkin kita baru sampai semifinal. Tapi, kan, next ada lagi yang bisa kita dapat. Saya lebih mau kita konsisten ketimbang satu kali juara terus habis itu turun," Felisha, menjelaskan.

Pada kesempatan tersebut Felisha juga menyatkan, konsistensi penampilan menjadi hal yang harus diperhatikan oleh keduanya. Terlebih, seusai BAC 2025, besar kemungkinan mereka akan bertarung pada turnamen-turnamen berlevel lebih tinggi. "Dari hasil pertandingan-pertandingan kemarin, sebenarnya belum stabil. Jadi kalau dari sekali kemarin hasilnya bisa dibilang bagus, tapi belum tentu next bisa begitu lagi. Jadi semua harus ditingkatkan, karena lawan makin baca kita, lawan juga makin perhatiin kita," papar pebulu tangkis asal Exist Badminton Club ini.

Prestasi medali perunggu BAC 2025 turut mendongkrak peringkat Jafar/Felisha ke peringkat ke-20 dunia. Bisa dibilang, mereka adalah ganda campuran terbaik "Merah Putih" saat ini, meski di atas kertas Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja menempati peringkat ke-12 dunia. Namun, Felisha lebih mengedepankan kualitas permainan ketimbang peringkat. Sementara, Jafar beranggapan kenaikan peringkat sebagai motivasi untuk melecut prestasi.

"Nggak ngaruh mau nomor satu atau nomor berapa pun itu yang berbicara, kan, kualitas bukan ranking. Ranking, kan, cuman sekadar supaya kita bisa bermain di pertandingan atau turnamen tertentu. semuanya balik lagi ke kualitas, jadi (peringkat) itu nggak ngaruh," tanggap Felisha.

"(Peringkat) untuk motivasi, pasti. Mengejar target ranking bagus itu pasti, tapi dengan prestasi-prestasi bukan sekadar hanya ikut pertandingan aja," demikian Jafar.