Susi Susanti Bicara Persaingan Tunggal Putri Asia

Susi Susanti (Djarum Badminton)
Susi Susanti (Djarum Badminton)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Legenda bulu tangkis Indonesia Susi Susanti berpendapat, persaingan sektor tunggal putri dunia, dewasa ini semakin sengit. Beberapa negara tetangga pun telah memiliki sejumlah pemain tunggal yang disegani di gelanggang internasional. Induk organisasi olahraga bulu tangkis Indonesia perlu mencari jalan keluar agar para srikandi bulu tangkis "Merah Putih" dapat merebut medali emas di SEA Games atau Asian Games.

"Pada sektor tunggal putri banyak pemain hebat dari Asia yang membuat persaingan antar-pemain kian ketat. Kita perlu kerja ekstra keras agar mendapatkan medali," Susi, menanggapi peluang para pebulu tangkis putri Indonesia pada dua pesta olahraga di kawasan Asia tersebut, melalui laman Komite Olimpiade Indonesia (KOI).

Susi, yang tercatat sebagai juara pada kategori beregu putri di SEA Games 1987, 1989, 1991, 1993, dan 1995, mencatat ada sembilan negara Asia yang mengalami perkembangan pesat pada sektor putri. "Berdasarkan peringkat dunia dan turnamen, selain China, Jepang, dan Korea Selatan, juga ada Taiwan, Thailand, India, Hong Kong, Singapura, dan Malaysia," jelas peraih keping emas Olimpiade Barcelona 1992 ini.

KOI mencatat, medali emas SEA Games terakhir diraih pebulu tangkis putri Indonesia, yakni pada SEA Games 2013, Bellaetrix Manuputty mengalahkan wakil Thailand, Busanan Ongbamrungphan, 9-21, 21-13, 21-13.

Sementara, di Asian Games, Indonesia hanya sekali meraih medali emas, sekitar 60 tahun lampau tepatnya pada Asian Games 1962 di Jakarta. Minarni Soedaryanto keluar sebagai juara setelah memenangi partai "all Indonesian finals" atas Corry Kawilarang.

Banyak faktor penyebab hingga sektor tunggal putri Indonesia ketinggalan dari negara-negara lain. Satu di antaranya adalah jumlah pemain putri yang kalah jumlah peminat ketimbang dengan putra. "Kita belum memiliki talenta (putri) sebanyak putra. Ini menjadi salah satu faktor awal yang berujung pada lambatnya regenerasi jika dibandingkan tunggal putra maupun ganda putra," ujarnya.

"Imbasnya, kita belum dapat mencapai target yang diinginakn pada sektor putri," Susi, menambahkan.

Namun, menurut Susi, PP PBSI telah mempersiapkan beragam program pembinaan untuk memutar roda regenerasi pemain bulu tangkis di Tanah Air. "Saya yakin, PBSI telah menyiapkan program pembinaan pada semua nomor, tidak hanya pada sektor putri semata. Kita perlu kerja keras untuk menghasilkan generasi penerus dan kembali mencetak prestasi di level dunia," jelasnya.

Susi lantas menyinggung Gregoria Mariska Tunjung dan Putri Kusuma Wardani, dua pemain tunggal putri Indonesia, yang menurutnya perlu didukung terus oleh masyarakat Indonesia, khususnya para pecinta olahraga pukul bulu ini. "Gregoria Mariska tetap menjadi unggulan pada tunggal putri. Namun, kita juga punya Putri KW (Kusuma Wardani). Dia pun sudah mulai menunjukkan potensinya," demikian Susi.