Mampu lebih dulu mencuri kemenangan di game pertama, pemegang tahta tiga kali Juara Dunia junior ini mengaku tidak tertekan dengan gaya permainan sang legenda hidup, Lin Dan.
”Saya punya kontrol yang baik pada pertandingan pertama. Saya tidak merasa tertekan kala itu, saya pikir saya lebih muda darinya dan saya memainkan gaya saya. Ini adalah turnamen besar, Super 1000 dan saya ingin melakukannya dengan baik. Dia adalah juara Olimpiade dan juara dunia, saya pikir saya harus melakukannya dengan baik,” ujar Kunlavut Viditsarn seperti dilansir dari laman resmi BWF.
Duel menarik kemudian tersaji pada game kedua. Lin Dan yang sempat tertinggal 18-20 justru mampu berbalik unggul usai mendapatkan empat poin beruntun dan mengakhiri game kedua dengan kemenangan 22-20.
“Di game kedua saya mencoba untuk menekannya. Saya pikir dia akan lelah dan saya memainkan permainan cepat. Pelatih saya meminta untuk bermain cepat, dan saya mendorong. Ternyata dia sudah menunggu saya," jelasnya.
Memasuki game penentu, segudang pengalaman yang dimiliki Lin Dan rupanya berhasil membuat Kunlavut kewalahan hingga tidak bisa mengembangkan permainannya dan harus tumbang dengan skor 10-21.
“Saya merasa putus asa untuk menang, dan pada setiap poin dia selalu menekan saya, karena dia bermain sangat bagus. Smashnya sangat sulit dibaca. Pada game ketiga saya sedikit lelah, karena saya telah berusaha dengan keras dalam dua game sebelumnya,” tandasnya.
Ini menjadi kekalahan kedua yang harus dialami Kulavut setiap bertemu dengan Lin Dan. Sebelumnya, saat bentrok di ajang Thailand Masters 2019 BWF World Tour Super 300, Kulavut juga tumbang dengan skor 14-21, 21-11 dan 12-21.