Membendung Air Mata di Tokyo

Greysia POLII/Apriyani RAHAYU (Indonesia) (Foto: BADMINTONPHOTO)
Greysia POLII/Apriyani RAHAYU (Indonesia) (Foto: BADMINTONPHOTO)
Internasional ‐ Created by EL

Jakarta | Greysia Polii berhenti sejenak menahan air mata mengenang kakaknya yang meninggal pada Desember lalu. Pebulutangkis asal Tomohon, Sulawesi Utara ini menutupi kesedihannya dengan tertawa lepas khas dirinya. Apriyani Rahayu menguatkan pasangan mainnya itu dengan mengelus punggung dan membisikkan kata-kata penyemangat.

Demikian, Kompas, Rabu (28/7), menggambarkan suasana yang meliputi Greysia, setelah bersama Apriyani menyudahi perlawanan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, 22-24, 21-13, 8-21, pada babak penyisihan Olimpiade Tokyo 2020. 

"Desember 2020, setelah saya menikah, kakak saya meninggal. Sebenarnya dia menunggu untuk (Olimpiade) Tokyo. Sudah lama, tetapi kalau dibicarakan tetap menangis," tuturnya, sebagaimana dilaporkan media harian tersebut.

"Ini sangat menambah motivasi. Pada 2019, dia bilang ke saya dan Apriyanti tentang mental. Bagaimana kita melatih mental, misalnya melatih mental kita ke psikolog, membaca buku motivasi dari para motivator," Greysia, menambahkan.

Suntikan motivasi tersebut digunakan oleh ganda putri Indonesia ini saat melawan Fukushima/Hirota asal Jepang, Selasa  (27/7), di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo. Keberhasilan Greysia/Apriyani sekaligus melengkapi keberhasilan Indonesia menempatkan tiga ganda sebagai juara grup dan lolos ke perempat final. 

"Dia sangat mendukung dan bersedia menunggu hingga Tokyo 2020, tetapi dia tidak bisa. Dia cuma menunggu saya menikah setelah itu, sudah," demikian Greysia.