Ini kisah mengenai seorang atlet yang sangat mencintai olahraga pukul bulu ini, yang tak ingin lama-lama dari gelanggang pertandingan, karena ia yakin betul hal tersebut dapat menghambat momentumnya. "Karena saya benar-benar ingin bermain, bahkan hingga usia 40 tahun, jadi saya harus mempertahankan tempo permainan turnamen ini. Saya tidak ingin kehilangan tempo, ritme ini. Jadi saya perlu terus berlatih dan bahkan jika saya kalah, saya perlu bermain," jelasnya, dikutip dari laman BWF.
Namun, yang tak kalah penting, tunggal putra andalan Taiwan itu tidak sekadar hadir sebagai peserta, melainkan tetap termotivasi untuk menjadi yang terbaik dan terus berupaya melampaui batas kemampuannya. Hal tersebut tercermin dalam kekalahan tiga gim dari Shi Yu Qi asal China pada BWF World Tour Finals 2025, pekan lalu. Dalam pertandingan berdurasi 75 menit itu, Shi Yu Qi harus bekerja keras untuk menundukkan Chou Tien Chen.
Namun, yang tak kalah penting adalah, tunggal putra andalan Taiwan itu tidak sekadar hadir sebagai peserta turnamen, melainkan tetap termotivasi untuk menjadi yang terbaik dan terus berusaha melampaui batas kemampuannya. Satu contoh yang menarik adalah ketika ia kalah tiga gim dari Shi Yu Qi asal China pada BWF World Tour Finals 2025, pekan lalu. Dalam laga berdurasi 75 menit tersebut, Shi kudu berjuang keras. "Walau kalah, bermain melawan pemain top tetap menyenangkan. Tentu saja Shi Yu Qi adalah pemain nomor satu dunia. Saya sangat senang bisa bermain di sini, sungguh luar biasa saya bisa kembali, dan saya sangat menghargai kesempatan ini," kata atlet yang akan genap berumur 36 tahun pada Januari 2026.
"Saya masih berada di level tinggi di sini, dan ketika kalah, saya memahami letak kekurangan dalam pertandingan tersebut. Setiap kekalahan menuntut saya untuk segera mempersiapkan diri menghadapi laga berikutnya. Itu tidak mudah dan memang menyakitkan, tetapi setiap atlet perlu menjalaninya," Chou, menjelaskan.
Belakangan ini, Chou menyesuaikan gaya permainannya dengan tampil lebih agresif dan berupaya menghindari reli panjang. Perubahan tersebut terbukti membuahkan hasil positif bagi performanya. "Saya perlu membuat beberapa perubahan. Setiap saat saya harus mempelajari keterampilan baru agar semuanya berjalan lebih baik, termasuk segi stamina dan sikap. Mungkin tahun depan sistem poin akan berubah menjadi 15, sehingga saya bisa memiliki peluang yang lebih baik. Siapa tahu saya akan bermain hingga usia 50 tahun dan semua orang justru bosan melihat saya," katanya, seraya tertawa.
Terlepas dari performanya di lapangan, Chou tetap menetapkan standar tinggi sebagai duta bulu tangkis dunia dengan memberi teladan bagi para penggemarnya. Ia mengenang pelukan hangat yang diberikan Shi setelah laga panjang mereka di Hangzhou. "Kami saling menghormati, dan itulah nilai yang harus ditunjukkan olahraga ini kepada semua orang. Ini bukan hanya tentang menang atau kalah. Bahkan jika Anda menang, tanpa sikap yang baik, Anda tidak akan mendapatkan rasa hormat dari siapa pun," ujarnya.
"Itulah sebabnya saya selalu berdoa, sejak masih muda hingga sekarang. Terkadang saya sangat marah, tetapi kemudian saya menyadari ada sesuatu yang salah dengan diri saya dan saya perlu berubah. Mungkin saya terlalu serius dalam menyikapi segalanya," demikian Chou.


