Setelah Olimpiade Tokyo, Tai Tzu Ying Akan Putuskan Masa Depannya

Tai Tzu Ying (Taiwan) akan menentukan masa depannya selepas Olimpiade Tokyo 2020.
Tai Tzu Ying (Taiwan) akan menentukan masa depannya selepas Olimpiade Tokyo 2020.
Internasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Pebulutangkis tunggal putri nomor satu dunia asal Taiwan, Tai Tzu Ying kembali membahas masa depannya terkait rencana gantung raket selepas perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 yang digelar tahun depan. Sebelumnya, Ratu Bulutangkis dunia itu memang telah berencana pensiun usai Olimpiade Tokyo 2020 yang awalnya dijadwalkan berakhir pada Agustus tahun ini.

Namun setelah semua turnamen termasuk Olimpiade ditunda hingga tahun depan karena wabah virus korona, dia pun harus menunda keputusannya untuk gantung raket di tahun ini.

“Saya akan menyelesaikan semua turnamen 2021 terlebih dahulu dan kemudian akan memutuskan. Rencana saya tidak banyak berubah karena Olimpiade telah ditunda selama satu tahun. Saya kira Ini bagus untuk saya. Saya telah berlatih dan berkompetisi tanpa henti selama 10 tahun,” kata Tai Tzu Ying mengutip dari BolaSport.com.

Beberapa bulan setelah menjuarai All England 2020 BWF World Tour Super 1000, Tzu Ying mengaku baru bisa menjalani latihan dengan porsi normal seperti sebelumnya. Namun, pemain berusia 26 tahun itu menuturkan bahwa dia belum begitu yakin bisa mengaplikasikan hasil latihannya selama ini di pertandingan resmi.

“Sejujurnya, tidak ada yang berbeda saat sekarang dan sebelumnya (soal porsi dan program latihan). Saya tetap melakukan latihan seperti biasanya, bahkan tidak memperkuat bagian tertentu,” tuturnya dalam wawancara bersama Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).

“Tapi selama belum ada kompetisi, saya tidak tahu pasti apakah yang saya latih selama ini bisa berjalan saat pertandingan nanti. Ketika berpikir apakah saya bisa benar-benar kembali bertanding setelah sekian lama tidak ada kompetisi, saya sadar mungkin saya tidak bisa langsung mengendalikan permainan,” tambahnya.

Selain itu, Tzu Ying bahkan mengaku sedikit pesimistis bisa beradaptasi dengan cepat pada atmosfer pertandingan ketika kompetisi benar-benar kembali seperti dulu. “Mungkin saja saya akan kesulitan membiasakan diri dengan suasa lapangan atau kesulitan menemukan dan mengembalikan ritme permainan,” tutupnya.