67 Atlet Pelatnas Jalani Tes Kesehatan

Jonatan Christie (kanan) saat menjalani tes kesehatan. (Foto: PP PBSI)
Jonatan Christie (kanan) saat menjalani tes kesehatan. (Foto: PP PBSI)
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Sebanyak 67 atlet Pelatnas PBSI menjalani serangkaian tes kesehatan di Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (8/4). Selain karena masih berada dalam kondisi pandemi, tes kesehatan tersebut juga memang rutin dilakukan Pelatnas PBSI setiap awal tahun saat pemanggilan pemain. Serangkaian tes kesehatan dibagi ke dalam enam pos. Yakni meliputi pemeriksaan darah, elektrolit, fungsi hati, ginjal, rontgen thorax, frekuensi nadi, tensi, saturasi oksigen, THT, mata, EKG, visus, postur, gizi, dan lain sebagainya.

Kepala dokter PBSI, dr. Michael Triangto mengatakan bahwa tes kesehatan ini adalah bagian dari pengecekan kondisi atlet yang terpilih masuk ke Pelatnas 2021. “Yang pertama tes kesehatan ini bertujuan tentunya setiap ada atlet yang baru masuk, dalam artian atlet yang terpilih, kami harus mengetahui dulu baik tingkat kesehatannya maupun tingkat kebugarannya,” kata dr. Michael Triangto dalam siaran pers PP PBSI yang diterima Djarumbadminton.com.

“Ini sebagai syarat para atlet bisa masuk di pelatnas, harus sehat dan memenuhi standar. Baik standar kesehatan dan standar kebugaran sesuai yang diminta pelatih fisik. Karena kalau kondisinya terlalu jauh maka akan menyulitkan atletnya maupun kami saat nanti dilatih. Ada beberapa contoh atlet yang bisa disebut potensial lalu masuk ke pelatnas tapi ternyata ia sudah habis-habisan di klub, artinya sudah pernah cedera dan ketika di dalam pun akhirnya terus mengalami cedera. Itu yang kami hindari. Makanya para atlet ini harus benar-benar kualitasnya sesuai dengan standar yang kami minta,” sambungnya menjelaskan.

Lebih lanjut dr. Michael mengatakan, para atlet yang belum memenuhi standar, bukan berarti Pelatnas PBSI menutup pintu bagi mereka. Di tahun depan bila usianya masih cukup dan bisa memersiapkan diri dengan lebih baik, tidak menutup kemungkinan untuk mereka bisa kembali diterima.

Selain itu, dr. Michael juga menegaskan hasil tes kesehatan ini tidak mutlak menjadi penentuan para atlet terpilih ini untuk berlanjut di pelatnas atau dipulangkan kembali ke klub. “Misalnya atletnya bagus, kesehatan cukup bagus juga kecuali mata. Berkacamata katakan seperti itu. Tentunya tetap saja kami akan mengatakan ini nilai minus untuk dia. Tapi itu bukan final karena kami akan membicarakan lagi dengan yang lain. Jadi bisa kami perbaiki tidak nilai minus ini? Mau tidak dia ganti kacamatanya dengan kontak lensa. Kalau itu bisa kan tidak masalah,” tuturnya.

“Contoh lain, atlet ini serba bisa dan sudah pernah menjadi juara tapi tinggi badan tidak memenuhi persyaratan. Tidak masalah asal kekurangannya itu bisa ditutup dengan kemampuan yang lain, kelenturan dan kecepatan misalnya. Apalagi dia main di ganda,” tutupnya.

Selain tes kesehatan, para atlet pelatnas juga menjalani tes fisik pada Jumat (9/4). Hasil dari kedua tes ini akan digabung lalu menjadi bahan evaluasi untuk penilaian ke depan.