Ada Apa Setelah Sirnas?

Isyana Syahira Meida/Rinjani Kwinnara Nastine (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Isyana Syahira Meida/Rinjani Kwinnara Nastine (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Dominasi para pemain pelatnas pada dua Sirkuit Nasional (Sirnas) A yang berlangsung di Jakarta dan Solo sudah menjadi hal yang lumrah. Mengingat, mereka adalah para pemain muda terbaik di negeri ini yang telah berstatus sebagai penghuni asrama Cipayung. Mereka menggunakan kejuaraan ini untuk mengasah kemampuan dalam menghadapi kejuaraan maupun turnamen internasional.

Pemain tunggal putra pelatnas Prahdiska Bagas Shujiwo berhasil meraih dua gelar juara di Sirnas A DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Di Jakarta, ia mengalahkan rekannya sesama pemain pelatnas, Muhammad Reza Al Fajri. Pencapaian serupa juga diraih Bagas di Solo, setelah menundukkan Bismo Raya Oktora di partai puncak. 

Partai puncak tunggal putri kategori Dewasa di dua Sirnas A tersebut selalu  mempertemukan Mutiara Ayu Puspitasari dengan Chiara Marvella Handoyo. Mutiara berhasil mengatasi perlawanan Chiara dalam dua pertemuan tersebut. "Juara Sirnas menjadi modal jadi lebih percaya diri lagi untuk level atas. Persiapan dalam hal tenaga dan akurasi bola juga perlu saya ditingkatkan," tutur pemain asal Ngawi, Jawa Timur tersebut, melalui keterangan pers Humas dan Media PP PBSI.

Di nomor ganda putra, Nikolaus Joaquin/Raymond Indra berhasil menghentikan perlawanan pasangan asal Wima Surabaya/Gideon Badminton Academy, Ade Yusuf Santoso/Sansan Herdiansyah pada Sirnas A DKI Jakarta. Di Solo, giliran Daniel Edgar Marvino/Muh. Putra Erwiansyah yang menempati podium teratas. Mereka menjadi satu-satunya pasangan pelatnas yang menembus semifinal dan mengalahkan  Dwiki Rafian Restu/Muhammad Juan Elgiffani (Mansion Sports Box dan Raya Jakarta Jaksel), di laga final berdurasi 91 menit yang berakhir dengan skor 18-21, 21-19, 21-19.

Sementara, Isyana Syahira Meida/Rinjani Kwinnara Nastine mencatatkan "back-to-back final" pada dua edisi Sirnas A terakhir. Mereka juara di Jakarta, tetapi kalah 21-18, 12-21, 19-21 di Solo dari sesama pasangan pelatnas, Az Zahra Ditya Ramadhani/Siti Sarah Azzahra. Meski demikian, Rinjani tetap meluapkan rasa syukur atas pencapaian dua final Sirnas A yang dinilainya sebagai modal penting dalam menghadapi kejuaraan junior tingkat dunia. 

"Buat saya, Sirnas juga bisa menjadi modal untuk AJC (Asia Junior Championships) maupun WJC (World Junior Championships) ke depan, karena banyak pemain senior yang turun di sini," jelas Rinjani, yang bersama Isyana berlaga di turnamen Super 1000 Indonesia Open 2025 pada awal Juni.

Nah, sektor ganda campuran masih menyisahakan sejumlah pekerjaan rumah bagi skuad Cipayung. Tak satu pun pasangan pelatnas yang mampu mencapai final Sirnas A DKI Jakarta. Di Solo, dua pemain pelatnas yang bermain rangkap, Daniel dan Zahra, juga gagal menempati podium teratas. Titel juara Ganda Dewasa Campuran pada dua edisi Sirnas A terakhir menjadi milik pasangan racikan PB Djarum, Bobby Setiabudi/Melati Daeva Oktavianti.

Daniel dan Zahra masing-masing membawa pulang satu gelar juara di nomor ganda putra dan ganda putri. Setidaknya, bagi Daniel, pengalaman bermain rangkap pada Sirnas A menambah kepercayaan dirinya dalam menghadapi pertandingan-pertandingan level atas. "Jika main dua sektor di international, saya yakin. Karena dengan beberapa kali coba di nasional ini, sudah ada modal," demikian Daniel.