"Istilahnya, atlet dan pelatih harus satu hati dan satu visi," ujar Wiempie dalam wawancara yang sama," melalui siaran pers Humas PP PBSI, Minggu (29/12)
Wiempie menambahkan, hari-hari pertama latihan dimanfaatkan untuk meningkatkan kebugaran tubuh dan mengembalikan teknik pukulan. "Karakter petarung itu penting. Ini yang akan saya bangun dalam latihan sehingga atlet mempunyai mental yang tangguh ketika menghadapi lawan maupun tantangan lain ketika bertanding," jelas pria yang selama sembilan tahun menjadi pelatih di PB Jaya Raya dan juga pernah melatih di India, Amerika Serikat, serta Singapura.
"Saya akan ajak para atlet untuk bersaing ketat secara sehat dalam berlatih maupun bertanding," Wiempie, menambahkan.
Untuk mewujudkan itu, lanjutnya, dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak terkait dan pendampingan pelatih teknik sehingga setiap sesi latihan berjalan tepat sasaran. "Setiap detik latihan itu sangat berharga. Kita harus tahu apa tujuan dari satu sesi latihan itu, apakah teknik, fisik, power, endurance, atau apa. Setelah itu harus bisa diukur apakah kita mencapai tujuan dari satu sesi latihan tersebut," paparnya.
Wiempie mendefinisikan tugasnya sebagai pelatih Pelatnas dengan dua output, yakni prestasi dan regenerasi. "Selain mengejar prestasi hari ini, kami sebagai pelatih juga harus menyiapkan generasi yang akan datang dengan kualitas yang baik dalam segala aspek," pungkas Wiempie.
Pekan lalu, PP PBSI memanggil 81 nama untuk masuk ke dalam pelatnas PBSI 2025 tahap pertama. Lima di antaranya mengisi skuad tunggal putri pratama, yaitu Ruzana, Mutiara Ayu Puspitasari, Chiara Marvella Handoyo, Deswanti Hujansih Nurtertiati, dan Thalita Ramadhani Wiryawan.


