Owi Soroti Regenerasi Ganda Campuran Indonesia

Liliyana Natsir & Tontowi Ahmad memantau para atlet muda yang mengikuti Audisi Umum PB Djarum 2022 (PB Djarum)
Liliyana Natsir & Tontowi Ahmad memantau para atlet muda yang mengikuti Audisi Umum PB Djarum 2022 (PB Djarum)
Nasional ‐ Created by EL

Kudus | Mantan pebulu tangkis nasional Tontowi Ahmad menyoroti jarak yang terlalu jauh pada regenerasi ganda campuran Indonesia yang membuat sektor tersebut sulit bersaing di level atas. Skuad "Merah Putih" saat ini belum lagi memiliki ganda campuran yang dapat diandalkan pada berbagai turnamen internasional maupun super series level atas BWF.

"Yang kurang dari ganda campuran sekarang adalah dari regenerasinya menurut saya. Jadi, sewaktu saya sama Butet (sapaan akrab Liliyana Natsir) misalnya, saya waktu itu nomor satu, seharusnya estafetnya ke peringkat kedua atau ketiga Indonesia," kata pria yang akrab disapa Owi tersebut, seperti dilaporkan Antara, Jumat (21/10).

"Tetapi, sekarang berbeda. Tongkat estafet jatuh ke ke nomor empat atau lima, sementara negara lain pemainnya masih sama," Owi,menambahkan.

Setelah Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad pensiun, sejatinya, Indonesia masih memiliki Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang kini berada di posisi ke-5 dunia, dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja (23) sebagai penggantinya.

Praveen/Melati menjadi satu-satunya pasangan ganda campuran Indonesia --setelah pensiunnya Liliyana/Tontowi-- yang bisa menyumbang gelar di turnamen besar saat memenangi All England 2020. Namun, setelah itu, prestasi ganda campuran Indonesia terjun bebas. Tak satu pun gelar yang berhasil diraih.

Kini, kedua pasangan tersebut kini sudah terdegradasi dari pelatnas PP PBSI sehingga ganda campuran senior pelatnas saat ini diisi oleh Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari yang kini duduk di peringkat ke-15, Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso (29), dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati (30).

Antara menyebutkan, kondisi tersebut membuat ganda campuran Indonesia yang ada di pelatnas saat ini memikul beban yang berat dan tidak sesuai. Mereka mendadak menjadi pasangan nomor satu pelatnas di saat seharusnya masih menjadi pemain pelapis. Tak jarang, mereka juga dituntut menang saat melawan pasangan-pasangan level atas dan jauh lebih berpengalaman.

"Contohnya di China, Zhang Nan/Zhao Yun Lei turunnya ke Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong. Dari Thailand sudah ada (Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree TaerattanachaiSapsiree Taerattachai). Jadi, nomor satunya mereka sudah bertemu dengan nomor tiga kita," kata Owi.

"Jadi kalau bertemu dengan nomor satu negara lain, kita masih tertinggal. Pesan saya buat adik-adik, bukan saya menjelekkan. Mereka harus lebih bekerja keras. Target kita ini mengejar mereka," kembali, pria asal Banyumas, Jawa Tengah, tersebut, menegaskan.

"Harusnya ganda campuran nomor tiga nasional harus bisa stabil mulai sekarang. Tetapi, peringkat kedua dan ketiga nasional sudah hilang. Jadi, yang ada (nasional) nomor empat harus ada di peringkat satu nasional sehingga ada gap di situ mau tidak mau," pungkasnya.