PBSI Antisipasi Kemungkinan Padatnya Jadwal Turnamen di Akhir Tahun

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti.
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Meski tengah menjalani masa karantina tertutup sejak Maret lalu, namun bukan berarti Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) berdiam diri. Banyaknya turnamen internasional yang ditunda, lantas membuat PP PBSI memutar otak untuk mengantisipasi dan mengatur strategi demi menghadapi kemungkinan padatnya jadwal turnamen pada akhir tahun mendatang.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti menuturkan bila PBSI akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang dan maksimal, walaupun hingga saat ini, Pelatnas PBSI hanya menjalani program latihan ringan demi menjaga kebugaran. Namun rencananya, setelah Hari Raya Idul Fitri nanti, atau sekitar Juni 2020, Pelatnas PBSI akan kembali memulai latihan normal seperti biasanya.

Lebih lanjut Susy menuturkan, PP PBSI akan segera mempersiapkan para atletnya untuk menghadapi salah satu turnamen penting, yakni putaran final Piala Thomas dan Uber 2020 yang jadwal pelaksanaannya sudah ditetapkan pada 3 hingga 11 Oktober mendatang.

“Sampai sekarang masih belum ada kepastian dari BWF, kecuali untuk jadwal Piala Thomas dan Uber. Tapi kita siap-siap saja. Karena gambaran dari jadwal Piala Thomas dan Uber, mungkin start-nya dari Oktober nanti. Minimal persiapan kita sekarang menuju ke Oktober ini, kata Susy Susanti seperti dikutip dari sport.tempo.co.

Susy mencatat, sedikitnya ada tujuh turnamen prioritas yang kemungkinan akan menunggu pada akhir tahun ini. Selain putaran final Piala Thomas dan Uber 2020, ada pula World Junior Championships 2020 (Auckland, Selandia Baru), Blibli Indonesia Open 2020 BWF World Tour Super 1000, Japan Open 2020 BWF World Tour Super 750, China Open 2020 BWF World Tour Super 1000, Denmark Open 2020 BWF World Tour Super 750, French Open 2020 BWF World Tour Super 750 dan BWF World Tour Finals 2020 Guangzhou.

Penundaan turnamen ini dikatakan Susy memiliki sisi plus dan minusnya. Para atlet memang bisa lebih rileks tanpa merasa dikejar target, tapi di sisi lain juga membuat mereka stres dan secara mental menurun.

“Plusnya atlet jadi tidak merasa dikejar target. Saat ini mereka lebih rileks. Belajar introspeksi istilahnya, mempelajari lawan. Namun minusnya jadi pembelajaran buat mereka, kalau tidak ada pertandingan ya enggak enak juga, bosen juga. Harus menyemangati lagi, mempersiapkan diri lagi, tuturnya.

“Bila sebelumnya target tahun ini itu Olimpiade, maka mereka harus menunggu lagi satu tahun. Bagaimana kita belajar untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi. membuat strategi dan program dari awal lagi untuk tahun depan, tutupnya.