Sempat Sedih, Namun Ketut Tidak Terkejut Terdegradasi

Ni Ketut Mahadewi Istarani (kanan).
Ni Ketut Mahadewi Istarani (kanan).
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Selain Fitriani, ada juga tiga pebulutangkis ganda putri Pelatnas PBSI yang terdegradasi berdasarkan Surat Keputusan (SK) nomor SKEP/006/1.3/III/2021 yang dikeluarkan Senin (29/3) lalu. Yakni, Ni Ketut Mahadewi Istarani, Tania Oktaviani Kusumah dan Agatha Imanuela. Meski sempat sedih, namun Ketut mengaku tidak terkejut dengan keputusan tersebut. Ketut bahkan mengatakan bahwa dia sudah mulai menyusun rencana kelanjutan kariernya setelah tidak di Pelatnas lagi.

“Awalnya pasti sedih, karena ada harapan bisa main lagi setelah operasi. Tapi intinya saya merasa akan berat untuk kembali lagi ke pelatnas, melihat kondisi, umur dengan minim prestasi,” ungkap Ni Ketut Mahadewi Istarani mengutip dari bolalob.com.

Setelah meninggalkan Pelatnas PBSI, Ketut kembali ke PB Djarum. Dia mengatakan bakal berkonsentrasi di sektor ganda campuran. Bahkan Ketut juga tak menepis rencananya untuk alih profesi menjadi pelatih.

“Saya akan main ganda campuran, mau bimbing junior-junior dan partner saya juga. Saya berharap masih bisa berprestasi sama mereka. Ada sih kepikiran jadi pelatih, mungkin nanti ada rezekinya untuk jadi pelatih. Tapi sekarang mau fokus main dulu untuk memuaskan diri sendiri,” katanya.

Ketut sendiri sudah bermukim di Pelatnas PBSI sejak 2014 lalu dan berkonsentrasi di nomor ganda putri. Selama di Cipayung, Ketut sudah beberapa kali gonta-ganti pasangan. Mulai dari Gebby Ristiyani Imawan, Anggia Shitta Awanda, Rizki Amelia Pradipta, hingga Tania Oktaviani Kusumah.

Prestasi Ketut yang paling menonjol saat ia berduet dengan Anggia. Mereka merebut medali perunggu ganda putri di ajang SEA Games Singapura 2015 dan menjadi juara Chinese Taipei Masters 2015. Berpasangan dengan Tania, Ketut meraih gelar juara di Russian Open 2019 BWF Tour Super 100.

“Terima kasih buat semua pihak yang sudah membantu saya di pelatnas di titik yang sulit sekalipun. Kepada pengurus PBSI, para pelatih, dokter, fisioterapi dan semua pendukung di lingkungan pelatnas,” tutup ketut.