Tanpa Turnamen Jelang Olimpiade, Pelatih Siasati Kekurangan Lewat Pola Latihan

Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie (kanan) saat menjalani program latihan jelang Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: PP PBSI)
Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie (kanan) saat menjalani program latihan jelang Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: PP PBSI)
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Jelang perhelatan akbar Olimpiade Tokyo 2020, tim bulutangkis Indonesia tidak memiliki turnamen ‘pemanasan’ menyusul dibatalkannya Singapore Open 2021 BWF World Tour Super 500. Kepala Pelatih Tunggal Putra Indonesia, Hendry Saputra mengatakan bahwa tidak adanya agenda pertandingan atau turnamen dalam waktu yang lumayan panjang, tentunya cukup memengaruhi keadaan, termasuk salah menyoal persiapan.

Tim buutangkis Indonesia sendiri berhasil meloloskan tujuh wakil ke panggung Olimpiade Tokyo 2020. Di sektor tunggal putra, skuat Merah Putih memiliki dua wakil. Yaitu Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie. Meski cukup kesulitan, namun Hendry berusaha menyiasati kondisi ini supaya Anthony dan Jonatan bisa maksimal dalam mempersiapkan diri sebelum ke Tokyo.

“Kalau untuk masalah sudah lama tidak bertanding, memang akhirnya kami menyiasati dengan konteks pola latihannya saja. Kami coba disamakan seperti pertandingan nanti. Juga di simulasi jadi kami bisa lihat kondisi mereka dan dampaknya apa nantinya,” kata Hendry Saputra dalam siaran pers PP PBSI yang diterima Djarumbadminton.com.

“Batalnya Malaysia Open (2021 BWF World Tour Super 750) dan Singapore Open (2021 BWF World Tour Super 500) itu cukup berpengaruh. Bagaimana kondisi fisik dan mental anak-anak sebenarnya sudah siap tempur, tapi akhirnya mau tidak mau harus batal. Itu yang kami cermati untuk persiapan ke Olimpiade ini. Ada dua bulan ke depan, kami harus siap dengan keadaan apapun. Jadi bagaimana kami merancang dan mengatur agar nanti bila sudah tiba di sana kondisinya sudah maksimal,” lanjutnya menambahkan.

PP PBSI sendiri sudah menyiapkan pertandingan simulasi sebagai ajang pemanasan para atlet yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 pada 18 dan 19 Juni mendatang di Pelatnas, Cipayung, Jakarta Timur.

“Kami ingin tingkatkan di teknik dengan cara mainnya, strateginya, pola pikir dan juga mentalnya. Untuk mental saya kira itu yang paling penting karena mereka sudah cukup lama tidak bertanding. Makanya nanti seperti rencana PBSI yang akan menggelar simulasi, itu sebuah harapan supaya kita bisa tahu dimana kondisi keadaan mental mereka,” tutup Hendry.