Kritik Pemain Boleh-boleh Saja, Tapi...

Apriyani Rahayu & Greysia Polii (Badminton Photo/Raphael Sachetat)
Apriyani Rahayu & Greysia Polii (Badminton Photo/Raphael Sachetat)
Internasional ‐ Created by EL

Jakarta | Kegagalan para pemain Indonesia di Piala Sudirman 2021 memunculkan banyak kritikan dari masyarakat di Tanah Air. Semisal, peningkatan percakapan di Twitter terjadi setelah ganda campuran "Merah Putih" Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti menelan kekalahan dari Hoo Pang Ron/Cheah Yee See asal Malaysia di babak delapan besar kejuaraan beregu campuran tersebut.

Bahasan seputar kritik masyarakat terhadap atlet mengemuka dalam tayangan bincang-bincang #NgulikSudirmanCup, yang mengisi kanal YouTube PB Djarum. Bersama pranatacara Yuni Kartika, narasumber yang dihadirkan pada episode ke-8 tayangan tersebut adalah Susy Susanti.

Tunggal putri legendaris Indonesia itu berpendapat, salah satu momen sulit bagi atlet adalah ketika pertandingan rampung dengan kekalahan. "Mereka juga nggak pengen kalah, tapi mereka juga nggak bisa ngeluarin permainan mereka. Di situ lah mereka butuh support," ujar peraih medali emas pertama Olimpiade dari cabang olahraga bulu tangkis.

Lebih lanjut Susy mengutarakan, tanpa kehadiran pendukung, atlet akan merasa berjuang sendiri di lapangan. "Atlet butuh support masyarakat Indonesia," katanya. "Dan, pasti, (atlet) ingin memberikan yang terbaik. Bukan artinya asal-asalan main, tidak lah!" Susy, menambahkan.

Berdasarkan pengalamannya sebagai atlet, Susy mengaku pernah memperoleh cacian dari khalayak. Pemicunya, performa yang kurang baik hingga berujung pada kekalahan. Padahal, tidak mau kalah sebelum pertandingan usai merupakan hal yang selalu ditanamkan pada dirinya maupun para atlet pelatnas, kala Susy menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.

"Bukan kita (atlet) mau kalah. Kita sudah berusaha memberikan yang terbaik, tapi pada saat di lapangan, semua hal bisa terjadi. Kadang kita bisa blank," ungkap anggota regu Indonesia pada Piala Sudirman 1989, 1991, 1993, 1995, dan 1997 itu.

"Untuk pecinta bulu tangkis, netizen, atau teman-teman yang selalu support bulu tangkis Indonesia, saya berharap, oke kritik membangun. Tapi, kritikan yang memberikan semangat pada atlet-atlet kita," kata Susy.

Pintu selalu terbuka untuk kritik maupun dukungan bagi para atlet. "Bukan berarti masyarakat Indonesia tidak boleh mengkritik pemain. Boleh-boleh saja, tapi kritik yang sopan," pesannya. "Karena dengan itu, atlet-atlet kita merasa bahwa mereka mendapat dukungan yang luar biasa, sehingga mereka dapat memberikan prestasi yang lebih baik lagi di pertandingan-pertandingan berikutnya," demikian Susy.