"I think of him all the time..."

Jonatan Christie (Badminton Photo/Yves Lacroix)
Jonatan Christie (Badminton Photo/Yves Lacroix)
Internasional ‐ Created by EL

Jakarta | Kemenangan atas tunggal putra Taiwan Wang Tzu Wei di Piala Thomas 2020, menjadi titik balik kebangkitan Jonatan Christie. Dengan skor akhir yang cukup meyakinkan, 21-17 21-13, pemuda yang karib disapa Jojo ini semakin percaya diri untuk meraih kemenangan berikutnya, hingga akhirnya menjadi bagian penting dalam regu putra Indonesia untuk mengangkat trofi kejuaraan beregu tersebut.

Setelah sukses di gelanggang Asian Games 2018 dengan torehan medali emas tunggal putra, publik mengamati prestasi Jojo yang cenderung terus merosot. Permasalahan pribadi yang dialaminya bercampur dengan persoalan di lapangan, saat bertarung di Olimpiade Tokyo 2020. Kakaknya, Ivan Christie, berpulang karena Covid-19 pada Februari 2020.

Saat Ivan dalam kondisi kritis, kedua orangtua Jojo juga sakit dan tengah dirawat di rumah sakit yang berbeda. Pemuda berusia 24 tahun itu mengambil peran mengurus keluarganya. "Setelah Olimpiade, rasa percaya diri saya seperti kurang baik," tuturnya kepada bwfbadminton.com. "Saya sudah bicara kepada pelatih begitu pula dengan keluarga serta psikolog, untuk memperbaiki penampilan saya di lapangan. Mereka memberikan masukan yang baik agar performa saya dapat meningkat," kata Jojo.

"Saya sangat senang dan bangga melihat Anthony (Ginting) mendapatkan medali perunggu (Tokyo 2020). Momen itu sangat membantu memotivasi diri saya," Jojo, menambahkan.

Kerja keras Jojo terbayarkan, termasuk dalam hal kebugaran di lapangan. Di babak perempat final, Jojo bertanding selama 75 menit untuk mengalahkan Ng Tze Yong. Sehari kemudian, tunggal putra tuan rumah Denmark, Anders Antonsen, ia kalahkan dalam tempo 100 menit. Kemudian pada partai final melawan Li Shi Feng, pertandingan tercatat berdurasi 80 menit.

"Kemenangan atas Antonsen membangkitkan rasa percaya diri saya. Sama halnya ketika gim ketiga (melawan Li Shi Feng) dimulai, saya mengatakan pada diri saya, 'ayo main 100 menit lagi. Kita lihat!'. Ini adalah pencapaian terbesar saya, lebih besar daripada Asian Games," jelasnya.

Melalui artikel garapan Federasi Bulu Tangkis Dunia itu Jojo mengungkapkan, ia dan para pelatih sudah memperkirakan, jadwal ketat Piala Sudirman dan Piala Thomas memiliki andil yang sangat besar dalam menguras tenaga pemain. "Para pelatih mendorong saya untuk berlatih lebih keras, khususnya dalam meningkatkan daya tahan fisik," katanya.

"Di sisi lain saya harus memotivasi diri agar dapat fokus di setiap pertandingan nanti. Karena sebelum dua kejuaraan ini, performa dan ambisi menjadi masalah besar sering yang saya dapati," tutur pria kelahiran Jakarta ini.

Seperti tampak usai meraih kemenangan di Denmark, Jojo selalu menengadah, seolah menyampaikan pesan kepada Ivan. "Tanpa Tuhan, saya tidak ada artinya. (Kemenangan ini) untuk kakak saya, ini untuknya. Dia yang menginspirasi saya. Saya tahu betul perbedaan antara ada dan tanpa dia," ungkap Jojo. "Saya juga ingin sekali membanggakan kedua orangtua kami. Ketika kakak saya meninggal, saya selalu memberikan yang terbaik untuk meraih medali," tambahnya.

"I think of him all the time," demikian Jojo.