Enam Tahun Lalu dengan "Satu Gedung Istora"

Mohammad Ahsan & Hendra Setiawan (Foto: Dok. PBSI)
Mohammad Ahsan & Hendra Setiawan (Foto: Dok. PBSI)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Herry Iman Pierngadi ingat betul, hatinya tergetar tatkala melihat bendera Merah Putih perlahan dikerek naik diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya pada 16 Agustus 2015. Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan tercatat sebagai satu-satunya finalis Kejuaraan Dunia 2015. Dan kejuaran dunia di Istora Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta tersebut berakhir manis, setelah ganda putra asuhannya itu meraih medali emas.

Ahsan/Hendra mengalahkan pasangan Tiongkok Liu Xiaolong/Qui Zihan dalam dua gim langsung, 21-17 21-14.

"Buat saya, momen itu menjadi kebanggaan. Dalam satu gedung Istora, kami sama-sama bernyanyi Indonesia Raya," ungkap Herry kepada wartawan pada medio 2018 di kawasan Kemayoran, Jakarta.

Ungkapan "dalam satu gedung Istora" yang disebut Herry merujuk kepada para suporter Indonesia yang tak henti-hentinya menyemangati Ahsan/Hendra. Ganda yang dijuluki "The Daddies" ini mengaku mampu bermain "lepas" dan bermain menekan lawan, dan menyudahi perlawanan pasangan Tiongkok Liu Xiaolong/Qui Zihan dalam dua gim langsung, 21-17 21-14.  

"Kami dari awal bisa bermain lepas dan bermain menekan lawan. Kemenangan ini sekaligus jadi kado kemerdekaan RI ke-70, walaupun 'kecepatan', tapi lebih baik daripada tidak sama sekali," kata Hendra.

"Puji syukur kepada Allah yang telah menganugerahi kami gelar juara dunia. Ini bukan cuma buat kami, tetapi untuk rakyat Indonesia. Kami tidak berpikir menang, tapi bagaimana caranya dapat poin dan berpikir positif. Penonton juga membuat kami sangat termotivasi, kami jadi semangat di lapangan,” Ahsan, menimpali pernyataan tandemnya tersebut.

Terlepas dari lawannya yang lebih unggul, semangat dari para penonton "dalam satu gedung Istora" yang mayoritas berada di belakang Ahsan/Hendra, merupakan dua hal yang diakui pasangan Tiongkok seusai laga. "Lawan kami fantastis," tanggap Liu, dilansir Kompas.com.

"Para pendukung di Istora juga sangat ramai, mereka juga 'ahli' dalam bulu tangkis," Qiu, menambahkan.

Selain satu keping emas, di Kejuaraan Dunia 2015 atau Total BWF World Championships 2015, Indonesia mengoleksi tiga medali perunggu dari Linda Wenifanetri (tunggal putri), Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (ganda putri), serta Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (ganda campuran).

Herry merupakan satu di antara sekian banyak manusia Indonesia di dalam Istora Senayan yang hatinya tergetar. Tak sedikit pula dari mereka yang terharu, menangis, atau berkaca-kaca, melihat perjuangan Ahsan/Hendra. Tak terhitung pula jutaan pasang mata yang menyaksikan laga ini melalui layar kaca. Enam tahun yang lalu, baik di Istora maupun layar kaca, Ahsan/Hendra memberi hadiah istimewa bagi seluruh masyarakat Indonesia, kado berkesan yang membanggakan dan tak terlupakan.